Kali ini saya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman memilih buku bacaan. Buat apa? Saya mencoba mencari buku bacaan sebagai sarana memperluas wawasan, menambah semangat, memberi inspirasi sekaligus sebagai upaya mengembangkan diri. Hal menarik yang terjadi adalah saya menemukan buku berjudul “Berguru pada Kehidupan” yang ditulis oleh Bayu Gawtama.
Lalu apa anehnya dengan buku itu? ups…. tunggu dulu… saya bukan akan mengulas mengenai isi buku tersebut. Lain kali saya ulas sendiri di postingan lain. Saya tergelitik dengan sebuah pertanyaan lain yang menarik menurut saya untuk disampaikan, yaitu “Siapakah gerangan sosok Bayu Gawtama ?”. Jujur saya sendiri juga belum tidak kenal beliau. Apa sih menariknya? hahaha… pasti bingung kan.
Saya ingin sampaikan sedikit pesan moral di sini. (eh sudah pantas belum ya berpesan, setidaknya buat penulis pribadi lah). Seringkali kita hanya mau menerima pesan atau cerita atau tulisan dengan memberikan syarat bahwa yang berbicara harus kompeten, terkenal, tokoh dan gelar wah lainnya. Sebenarnya tidak salah sih melakukan hal tersebut. Namun setelah saya nekat buat baca buku karangan Bayu Gawtama ini banyak hal yang saya pelajari tentang kehidupan ini. Kisah-kisah sederhana yang disampaikannya bersumber dari pengalaman pribadi beliau. Mungkin beliau belum menjadi tokoh, namun menurut saya tulisan beliau pantas untuk diambil hikmahnya. Jadi kalo boleh saya simpulkan bahwa janganlah kita melihat suatu pesan dari orang yang menyampaikan, namun lihat dan pahami apa yang disampaikannya. Jika memang benar adanya, meskipun yang menyampaikan seorang preman atau seorang pemulung pun setidaknya kita bisa ambil hikmah dari apa yang disampaikan. Begitu juga dengan apa-apa yang pernah saya sampaikan di blog ini. Karena sang penulis sendiri memang bukan tokoh apa-apa. Penulis senantiasa berharap bisa memberi manfaat meski lewat tulisan. amin.