put love in everything you do you will get love in rest of world in return.
Arsip Bulanan: Juni 2013
Kenapa Kamu Suka Motret
A : kamu kenapa suka motret?
B : aku nggak suka motret, tapi cinta.
A : kenapa cinta?
B : satu-satunya hal yang tidak bikin bosen. Lagi seneng aku motret lagi bete aku motret.
Aku tahu kamu suka motret soalnya cuma dengan foto aja kamu berani.
Aku tahu sebenernya kamu bukanlah orang yang gampang berani.
Berani ngungkapin apa yang kamu mau, yang kamu rasain, apa yang kamu butuhin.
foto jadi media kamu buat menyampaikan apa yang kamu ingin sampaikan,
lewat foto kamu jadi punya nyali….sedikit.
kamu anggap itu norak, tapi nggak kok buat aku, justru itu alasan yang bagus.
Selain itu foto juga media kamu buat merekam hidup
Kamu bilang foto mengingat kenangan lebih lama dari ingatan kita. Biar ga lupa dengan kenangan yang ingin dikenang ketika sudah tua.
Sampai saat ini saya belum bisa memahami dan menerima sepenuhnya mengenai paradoks yang ada di sekitar.
Dengan memberi, maka kita kan menerima.
Dengan mengajarkan, kita akan banyak belajar.
Dengan menasehati, maka kita akan memperoleh nasehat.
Dengan menolong, maka kita akan memperoleh pertolongan.
Dengan memaafkan, maka kita akan memperoleh maaf.
Mungkin suatu saat, waktulah yang akan menjelaskannya.
Paradoks
Ayah
(oleh Gita Gutawa dan Ada Band)
Teringat masa kecilku
Kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melambung
Disisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi
Serta harapanmu
Kau ingin ku menjadi
Yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
Terbelenggu jatuh dan terinjak
Reff : Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati
Lagu ini selalu mengungatkan setiap kasih dan sayang yang telah tercurah.
Lebih Besar Mana?
Seringkali kita menilai sesuatu hanya dari besarnya nilai yang terkandung didalamnya ditinjau dari uang. Padahal tidak selamanya yang lebih banyak itu yang lebih berkah. Bisa jadi yang sedikit namun mampu mencukupi.
Kata seorang sahabat:
Menikmati atau merutuki kuncinya adalah satu, kadar syukur. #NtMS
Apakah kita lupa bahwa dengan syukur nikmat maka akan ditambahkan nikmat dan mungkin akan diberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Bukankah telah dijanjikan barang siapa yang bersyukur maka akan ditambahkan nikmatnya, atau bisa jadi diberi rezeki dari arah yang tak disangka.
Pertanyaan berikutnya adalah… maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Orang akan berubah ke arah yang lebih baik , ketika dia hanya “tersentuh” , bukan karena dipukul atau disudutkan
Cukup dengan Sentuhan
Alternatif Transportasi Wonogiri-Bandung
Berikut beberapa alternatif transportasi untuk tujuan Wonogiri-Bandung :
A. Bus Malam
1. Kramat Djati
2. Bandung Ekspress
3. Rajawali
4. Budiman
5. Tunggal Daya
B. Bus Reguler
1. Bus Wonogiri – Solo turun di Terminal Tertonadi oper Bus Sami Djaya Solo-Bandung via Semarang
2. Bus Ismo Wonogiri-Semarang (Khusus Pagi) turun di Terminal Mangkang, oper bus Coyo Semarang-Cirebon, turun terminal Cirebon, oper bus Bhinneka Cirebon-Bandung.
3. Bus Wonogiri – Solo turun di Terminal Tertonadi oper bus Solo-Jogja turun terminal Giwangan oper bus Efisiensi Jogja-Purwokerto oper bus Alladin Purwokerto-Bandung
C. Kereta api
Dari Wonogiri-Solo disarankan naik bus reguler Wonogiri-Solo turun di Stasiun Purwosari untuk kereta ekonomi atau lalu naik bus kota Atmo dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Balapan untuk kereta bisnis/eksekutif.
1. Dari Stasiun SoloBalapan
a. Lodaya Pagi (Eksekutif/Bisnis) Berangkat 07.00 sampai di Stasiun Hall Bandung 15.41
b. Argo Wilis(Eksekutif) Berangkat 11.01 sampai di Stasiun Hall Bandung 18.43
c. Malabar(Eksekutif/Bisnis/Ekonomi) Berangkat 19.21 sampai di Stasiun Hall Bandung 04.10
d. Lodaya Malam (Eksekutif/Bisnis) Berangkat 19.00 sampai di Stasiun Hall Bandung 03.27
e. Mutiara Selatan (Bisnis) Berangkat 20.50 sampai di Stasiun Hall Bandung 05.45
f. Turangga (Eksekutif) Berangkat 22.48 sampai di Stasiun Hall Bandung 07.02
Dari Stasiun SoloPurwosari
a. Kahuripan
b. Pasundan
Kenapa namanya Widya Kelana
Pertanyaan yang selalu terucap setiap kali penerimaan mahasiswa baru. Sampai bosan saya menjawab. Daripada ngapalin mending saya tulis saja “Dongeng dari Solo”.
Berikut adalah kutipan surat elektronik dari pendiri Widya Kelana, silahkan dinikmati.
Mengingat sejarah berdirinya Widya Kelana, berarti kembali mengingat kejadian-kejadian lebih 35 tahun lalu.(red-saat ditulis tahun 2011) Tepat tanggal berdirinya saja saya lupa, barangkali temen-temen angkatan 76 (lulus SMAN 1 akhir tahun 1975) yang ingat? Tempat lahirnya saya ingat betul wong itu tempat ‘kost’ saya, yaitu Jalan Banteng Dalam, nomornya lupa, ancer-ancernya dibelakang RS Muhamadiyah Jalan Banteng Bandung. Dulu sih rumah ini ‘mewah’ alias ‘mepet sawah’, tapi apa ya masih ada sawah disitu sekarang. Kalau dari rumah sakit Muhamadiyah rumah ini dikanan jalan, melewati rumah ini bisa tembus jalan lodaya, kalau tidak salah sekarang ada kantor penerbitan surat kabar di jalan itu.
Lalu, apakah tempat itu jadi secretariat Widya Kelana, saya tidak yakin, lha wong saya sebagai ‘ketua terpilih’ untuk tahun 1976-1977(8?)ini orangnya belum melek-organisasi waktu itu, di SMA cuma maen teater jadi sutradara dan seterusnya, yang namanya OSIS itu tidak pahamlah. Juga Mas Solichul Hadi (Dedek) sebagai wakil ketua Widya Kelana 1976-1977(8?), walau di SMAnya sama-sama jadi Ketua Kelas, namun karena kesibukan beliau dan saya, saya koq kurang yakin ada perangkat-organisasi seperti layaknya, ada AD-ART,secretariat, sekretaris, bendahara dan lain2. Ajaib bukan? Untuk periode 1977(8?)-….., mungkin Mas Dedek bisa cerita lebih banyak, wong saya tuh lupa, apa waktu itu pakai acara PILKETU lagi atau tidak, kemudian ada ‘sertijab’ apa tidak, apa sekedar ‘turun ranjang’ saja, setelah saya lengser kemudian diganti Mas Dedek, atau bahkan ada ‘mosi tidak percaya’ terhadap diri saya, hahaha…….
Meskipun nih organisasi AJAIB, namun bukan tidak efektif lho, buktinya sampai sekarang masih ada organisasi Widya Kelana, bahkan saya surprise ketika ‘pulang kampung’ tahun 2003, mendirikan dan memimpin solo_radio, saya menerima tawaran kerja-sama dari Widya Kelana yang ada kaitannya dgn Bandung-ITB-SMAN1. Saya yakin ini organisasi yang kami dirikan waktu itu, saya ingat betul karena nama ‘Widya Kelana’ itu walupun kesepakatan kami waktu itu, namun itu usulan saya. Sebagai ‘barudak gaul’ waktu itu,. Dan per’gaul’an waktu itu sedang keren-kerennya Guruh Sukarno Putra dan lirik-lirik berbahasa sansekerta, maka saya usulkan nama itu, yang di’maksud’kan berarti ‘Pengelana/pengembara yang mencari ILMU’ (lha adik anggota Widya Kelana yg menemui saya waktu itu di kantor solo_radio ga tau, apa arti Widya Kelana itu), nama itu saya usulkan biar beda gitu loh dengan organisasi lain yang biasa pakai nama ‘Perkumpulan Mahasiswa ini/itu….’ Atau ‘Keluarga Mahasiswa ini/itu…’ gitu deh !
Lalu hal apa yang menjadi latar belakang terbentuknya Widya Kelana ini? Atau motif apa yang menjadikan alumni-SMAN1 Surakarta yang kuliah di Bandung mau bergabung dalam organisasi ini? Masing-masing ‘pendiri’ waktu itu tentu punya cerita sendiri. Bagi saya, barangkali perasaan senasib sepenanggungan bersama-sama dalam Kereta Mutiara Selatan atau Bis Bandung Expres/Rajawali dll buat mendaftar Ujian Masuk serta Test (maklum jaman itu belum ada Skalu apalagi Sipenmaru), serta rasa bangga sebagai alumni SMAN1 (selama SMAN 1 ada, jumlah mahasiswa yang diterima di ITB paling banyak masa itu, yaitu 33(?) orang…..dan 11 diantaranya berasal dari kelas yang saya Ketua-I, makanya dalam voting pilihan ketua Widya Kelana saya menang, hahaha….).
Persaaan senasib sepenanggungan itu kembali menguat ketika kita harus antri regrestrasi di ITB dan yang paling memprihatinkan adalah saat harus mengikuti Orientasi Studi selama semingguan itu. Saya dan banyak teman yang lain, belum punya tempat kost yang tetap, maklum baru kali pertama itu di Bandung, namun ada beberapa kawan yang punya kakak sudah kost di Bdg, sehingga dapat ‘menampung’ sementara kami yang ga punya ‘sanak kadang’ di Bandung ini. Kepada kakak angkatan inilah kami numpang untuk mengikuti kegiatan wajib pra-kuliah. Mungkin karena inilah yang menginspirasi teman2 untuk berorganisasi dan berprogram utama : ‘membantu’ adik-adik alumni SMAN1 agar lebih nyaman tinggal dan mencari ilmu di Bandung, selain dimungkinkannya anggota Widya Kelana dapat saling asah-asih-asuh serta bersilaturahmi sebagai Alumni SMAN-1 Ska.
Dalam ‘pemerintahan’ saya, program besar yang kami lakukan adalah bikin ‘sarasehan’ di SMAN-1 Ska, member informasi bagaimana studi di Bandung, khususnya ITB serta mensosialisasikan tempat-tempat ‘penampungan’ sementara bagi adik-adik yang akan studi di Bandung. Maklum, yang disebut sebagai anggota Widya Kelana waktu itu adalah alumni SMAN1 Ska lulusan 1975 (mulai kuliah 1976) yang kuliah di Bandung (33 orang ITB, 3 orang lainnya non ITB).
Masih dalam masa ‘pemerintahan’ saya, mungkin karena Widya Kelana telah lumayan ‘eksis’, maka saya ‘diundang’ oleh alumni-senior (angkatan 70 dan sebelumnya) dalam rangka ‘sosialisasi’ Kasmaji serta rencana ‘pembentukan’ biro-Bandung (?). Logikanya, karena Widya Kelana adalah berisi alumni SMAN-1 Ska, maka ya otomatis menjadi bagian dari ‘Kasmaji’, ya saya nderek saja, itung-itung Widya Kelana bagian dari Kasmaji, khusus angkatan 76 yg ada di Bandung, wong ya waktu itu kami tidak berniat untuk menjadi wadah satu-satunya bagi alumni SMAN-1. Visi misi kami tidak kesana, sehingga kami tidak ‘offensif merekrut’ angkatan-angkatan sebelumnya untuk bergabung di Widya Kelana. Tujuan kami ya seperti diatas itu, membantu adik-adik alumni supaya ‘ga sampai kleleran’ ketika mencari ilmu di Bandung. Jadi yang kami lakukan sebatas ‘lintas universitas’ saja.
Berkaitan dengan keanggotaan Widya Kelana sekarang, menurut cerita adik-alumni yg bertemu saya dikantor 6 tahunan lalu, adalah alumni SMA se SoloRaya yang kuliah di ITB, menurut saya ini lebih baik jika visi-misinya masih seperti yang kami ‘canangkan’ tahun 1976. Tentunya ga perlu ‘sungkan’ lagi sama Kasmaji, hehehe….. Istilah saya, Widya Kelana telah bermetafor dari lintas-universitas menjadi lintas sekolah/almamater. Nah kalau sekarang Widya Kelana ITB saja, barangkali menarik kalau pengurus yang ada sekarang memprovokasi cah-cah solo(raya) yang kuliah di universitas lain di Bandung. Perlukah? Kalau tidak perlu juga tidak masalah. Yang sekarang inipun membuat saya pribadi bangga koq (lihat pedhet-wijaya.blogspot.com/2007/05/kenangan-semasa-sma.html.)
So…….Go Ahead…..LANJUTKAN
Salam dari Kampung Halaman
Pedhet Wijianto